Friday, May 20, 2011

GANTI JADI RUMAH SEHAT


Surabaya - Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menegaskan, perlu ada perubahan paradigma baru yang terkait dengan pelayanan kesehatan di RSU dr Soetomo.
“Karena mengupayakan kesehatan bagi pasiennya kenapa tidak diganti saja singkatan RS itu dari rumah sakit menjadi rumah sehat,” ujarnya ketika menjadi keynote speaker Seminar Bimbingan Rohani (binroh) RSU dr Soetomo di Grha BIK Iptekdok, Kamis (18/5). Kegiatan itu dihadiri sekitar 400 undangan yang sebagian besar adalah para karyawan RSU dr Soetomo mulai dokter, perawat dan paramedis.
            Tawaran perubahan itu, menurut Hidayar, terkait dengan paradigma sehat yang diupayakan setiap rumah sakit. Menurut dia, meski hanya sekadar kata, ada keselarasan antara makna dengan kegiatan yang diemban oleh pihak-pihak tertentu dengan label yang disandangnya.
            “Dalam konteks ini, maka semua pihak di Rumah Sehat Umum dr Soetomo akan menghadirkan suasana yang sehat. Semua gejala umum yang dilakukan memersepsikan tentang menuju sehat itu,” kata Hidayat yang langsung mengganti sebutan RSU dr Soetomo dengan singkatan baru itu selama 30 menit paparannya.
            Dengan nada guyon, Hidayat mendesak direktur RSU dr Soetomo, dr Slamet R Yuwono DTMH MARS mempercepat mengubah mumpung hal itu tak perlu menganmandemen UUD 1945. “Sebab dalam undang-undang itu memang tak pernah sekalipun disebut sehingga tak perlu repot. Malah kalau sudah menjalanakan sesuai paradigmanya Pak Soeharto bisa dirawat di RSU dr Soetomo agar cepat dirawat dan pulang dengan sehat serta segera diproses kejelasan status hukumnya,” katanya disambut tawa hadirin.
            Hidayat juga menunjukkan jika ada sebuah rumah sakit di Riau yang kemudian menganti singkatannya dengan rumah sehat. Atau juga rumah sakit di Jogjakarta tetapi menyiasatinya dengan nama dalam bahasa Arab yang berarti kesembuhan.
Terkait paradigma baru itu, Hidayat menambahkan jika setiap rumah sehat hendaknya mengupayakan agar setiap SDM di dalamnya terus meningkatkan pengetahuan dan belajar. “Hal ini juga yang disarankan Rasulullah ketika menyuruh seorang sahabatnya untuk belajar terus tentang kesehatan meski kepada orang Persia yang beragama Majusi,” katanya.
            Sebab dengan terus belajar itu maka kinerja SDM rumah sehat akan tangguh. Pasien yang dirawat
akan merasakan jika ia berada di tangan para dokter dan perawat yang penuh vitalitas dan memiliki ilmu pengobatan berbasis ilmu yang koko. Untuk itulah peran binroh berada di posisi yang begitu mendukung dan penting dalam proses pembelajaran ini.
            Semangat binroh itulah yang mewarnai kemampuan integral para sector dan perawat di
sebuah rumah sehat dengan sentuhan nilai-nilai rohani yang integral dengan ketangguhan pribadinya. Apalagi jika semangat binroh itu juga diaplikasikan di luar tugasnya yang utama atau di dalam masyarakat binroh menjadi satu alternatif untuk mencetak sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
            “Sebab kita tertinggal dalam hal SDM dengan Singapura, Malaysia, dan Vietnam hanya saja diatas Kamboja. Dengan binroh yang mengasah sisi ruhani dan moral itu, kita mungkin bisa mengejar ketinggalan itu,” kata Hidayat. Karena itu Hidayat berharap jika binroh itu tetap konsekuen dilaksanakan oleh RSU dr Soetomo dan menjadi realisasi yang nyata. Sebab dengan binroh ada tantangan  untuk lebih bersemangat. “Tak ada pahala yang diturunkan Allah kecuali setara dengan kesulitannya,” ujarnya.
            Bahkan jika terus dikembangkan di RSU dr Soetomo bukan tidak mungkin rumah sehat ini menjadi pioneer tradisi yang baik dengan menggabungkan kemampuan ilmu pengetahuan penguasaan teknologi yang integral dengan nilai-nilai keagamaan.
            Itu dikatakan Hidayat sebagai bagian sunah hasanah yang bagi siapa saja yang memulainya akan memperoleh pahala. “Juga ditambah dengan pahala dari orang yang mengikuti sunnah hasanah itu bahkan hingga akhir zaman,” pungkasnya.

Jawa Pos, 19 Mei 2006

No comments:

Post a Comment