Saturday, April 16, 2011

RELAWAN PARPOL, ANTARA PANGGUNG KAMPANYE DAN PEMBERIAN BANTUAN

Oleh: Kuncarsono Prasetyo


Surabaya - Setiap kali bencana datang, tumpukan mi instant selalu menggunung memenuhi tenda-tenda pengungsi. Jangankan memakannya, untuk memasak saja alat dapur tidak ada. Namanya juga bencana. Bahkan air bersih kadang langka.
Padahal banyak sekali tenda relawan berdiri – paling banyak relawan parpol. Mi instant pun tetap menjadi idola.
“Kami akui relawan parpol jarang yang paham penanganan pertama pada bencana. Kebutuhan pengungsi tidak sesuai dengan bantuan yang digalang. Ini bukti jika kita perlu manajemen penanggulangan bencana,” tegas Sekretaris DPW PKB Jatim versi Muhaimin Iskandar, Khoirudin Abbas, kepada Surya, Selasa(1/8), di Surabaya.
Khoirudin bukan kepala pasukan tim SAR atau anggota satuan kordinasi pelaksana (satkorlak) jika tiba-tiba menyinggung sistem penanganan bencana negeri ini yang selalu amburadul. Upaya penanganan bencana memang menjadi ruang baru untuk digarap serius oleh sejumlah parpol – termasuk PKB. Belakangan, sejumlah parpol menggagas dibentuknya tim khusus yang memiliki keterampilan setingkat tim SAR. Yaitu sebuah kemampuan gawat darurat yang tidak sekadar kumpulan orang-orang kuat memikul bantuan.
PKS mungkin sudah mengawali; partai ini telah memiliki organ permanen yang khusus mengurusi bantuan bencana dengan nama Pos Penanggulangan Bencana (P2B). balakangan, kepanduan PKS membentuk regu-regu relawan bencana.
Akhir pecan lalu, Ketua Deputi Kepanduan PKS se-Jatim menggelar rapat koordinasi di Surabaya, untuk pembentukan regu guna mengantisipasi penanggulangan bencana Jatim.
Sebanyak 38 Ketua Deputi – sebagai perwakilan DPD PKS se-Jatim – hadir memberikan pandangannya terhadap kondisi daerahnya masing-masing.
Ketua Deputi Kepanduan PKS Jatim Slamet Eko menyatakan segera siap 50 regu, dengan masing-masing regu beranggotakan 12 orang relawan. “Regu-regu ini selalu siap siaga jika terjadi bencana sewaktu-waktu,” janji Eko.
Sedangkan PKB versi Muhaimin pada Agustus ini serempak membentuk regu-regu penyelamat bencana di 38 kota/kabupaten. Kelak regu-regu anyar ini akan menjadi bagian dari tim penyelamat bencana PKB yang dinamakan Tim Berbaur – kepanjangan dari Bekerja dan Berbagi untuk Rakyat.
Tim Berbaur sebenarnya sudah berdiri enam bulan lalu. Namun Khoirudin mengakui, hingga sekarang tim yang berdiri pasca bencana longsor Jember ini belum profesional.
“Tiga sampai empat bulan mendatang, Tim Berbaur se-Jatim menjadi kelompok baru yang khusus bekerja untuk bencana. Sejumlah program telah disusun,” jelasnya.











Cari simpati – spanduk salah satu parpol yang menghiasi lokasi bencana longsor jember beberapa waktu yang lalu.



Relawan di dalam tim ini tidak hanya dipenuhi tenaga kasar, tetapi juga dokter, paramedis, tenaga pengajar, hingga psikolog.
Menurut dosen Ubaya ini, regu-regu penyelamat se-Jatim bakal diberi pelatihan tim SAR, pelatihan evakuasi, kesehatan, penanganan korban pascabencana, sampai pemetaan kebutuhan bencana.
“Tim Berbaur PKB bekerja di luar tugas DPW PKB Jatim namun selalu berkoordinasi dengan satkorlak,” tegasnya.
Semoga janji Eko, Khoirudin maupun tokoh-tokoh parpol lain benar-benar terealisasi. Semoga pula jika setiap terjadi bencana, tenaga dari parpol tidak ‘mencuri panggung kampanye’ dengan berlomba-lomba memasang spanduk dan bendera parpol di tengah bencana.
Sedangkan DPW PAN Jatim di bawah koordinasi Wakil Bendahara, H. Shodiq, mengirimkan bantuan tahap pertama berupa beras 10 ton, minyak goreng satu truk atau 2.000 liter, nasi 10.000 bungkus, sus mie instant, kecap, dan 10 dos makanan kecil.
Bantuan serupa disampaikan oleh DPW PKS Jatim. “Berdasarkan perkembangan bencana Jogjakarta, PKS kembali mengirimkan empat regu relawan terdiri dari kepanduan dan tenaga medis, yang berangkat dari secretariat di Ruko Galaxy,” katanya.
Sedang pengiriman bantuan medis dari Jatim sudah mulai dilakukan sejak Sabtu (27/5) lalu. Saat itu, sebanyak tiga dokter umum dan dua dokter anastesi dari RSU dr Soetomo, beserta obat-obatan dan 50 kantung jenazah dari Polda Jatim dikirim ke Jogja. Minggu (28/5) pagi, pengiriman bantuan medis susulan juga dikirim.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr Bambang Giatno dihubungi mengatakan, hingga hari ini bantuan medis yang diberikan Jatim yang dikoordinir melalui Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi(Satlak PBP) sudah cukup banyak. Sedikitnya sudah ada 34 dokter, 24 para medis, enam spesialis forensik, 8 unit mobil ambulan serta sejumlah obat-obatan. Dokter yang dikirim ke Jogja selain dokter umum, juga ada berbagai dokter spesialis antara lain bedah, orthopedic, anestesi, dan forensik.
Menurut Bambang, pengiriman tim forensik gabungan dari RSU dr Soetomo dan Polda Jatim itu salah satunya untuk mengidentifikasi jenazah korban bencana yang belum diketahui identitasnya. Selain itu, kata Bambang, pihak Angkatan Darat (AD) dan Angakan Laut (AL) di Jatim juga mengirim masing-masing satu unit rumah sakit lapangan, yang setiap unitnya mampu menampung 20 pasien.
“Semua bantuan dikoordinir melalui Satkor PBP. Untuk bantuan medis tidak hanya dari RSU dr Soetomo, tapi juga gabungan rumah sakit lain dan Dinkes Jatim. Kami tidak mengkhususkan bantuan dari Dinkes atau RSU dr Soetomo,” kata Bambang.
Hari ini, Satkor BPB akan melakukan evaluasi terhadap pengiriman bantuan, serta membicarakan bantuan susulan yang akan segera dikirim. “Dokter yang sudah bekerja sejak Sabtu lalu mungkin segera akan kami tarik ke Surabaya lagi, digantikan dengan tenaga dokter lainnya. Ini agar ada pergantian tenaga baru,” katanya.
Namun tidak sepenuhnya kebutuhan medis bisa dikirim dari Jatim. Misalnya kantung jenazah hanya ada bantuan dari Polda Jatim, sedangkan dari Dinkes tidak ada.
“Pada prinsipnya kami dari Jawa Timur hanya membantu. Namun tidak sepenuhnya karena tanggung jawab utamanya tidak di Jatim, tapi di daerah bersangkutan dan Depkes. Tapi bantuan susulan akan upayakan terus,” kata Bambang.(kim)
Surya, 2 Agustus 2006

No comments:

Post a Comment